Roll

ADVENTINO (072.14.008) MAHASISWA JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA SEMUA JERIH PAYAH AKAN TERBAYARKAN SUATU SAAT NANTI

Mengenai Saya

Foto Saya
Mahasiswa Teknik Geologi Angkatan 2014 Universitas Trisakti Jakarta
adventino. Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pages - Menu

Rabu, 13 April 2016

STUDI ANALISA FOSIL FORAMINIFERA GENUS NEOGLOBOQUADRINA DAN PULLENIATINA


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmOvVx2CkIPQajqzk1-ATx3SfWLdbPjnxxIQD1MlxLwWEendzFrTMdjjWH43IaciVz4mwRCvk4BqHlAiSRzYwy02LHAhM0udtLpAkMPZlPRMexcgcN1l_eAf4WA96WUiakgWlfPu0yv3zg/s1600/Univ.+Trisakti.jpg


Abiko Galano                 (072.14.003)
Adventino                       (072.14.008)
Agung Aulia Lesmana     (072.14.009)

TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil, ilmu ini mempelajari masalah organisme yang hidup pada masa yang lampau yangberukuran sangat renik (mikroskopis), yang dalam pengamatannya harus menggunakan Mikroskop atau biasa disebut micro fossils (fosil mikro).
1.2  Fosil
Fosil adalah  sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan bekas kerangka manusia yang sudah membatu. Fosil mengalami proses pengendapan selama jutaan tahun dan mengalami suatu tekanan dan temperature yang tinggi.
1.3  Genus
Genus merupakan salah satu bentuk pengelompokan dalam klasifikasi makhluk hidup yang lebih rendah dari familia. Anggota-anggota genus memiliki kesamaan morfologi dan kekerabatan yang dekat. Terdapat 8 genus didalam Foraminifera sendiri ada :
1.3.1        Praeorbulina
1.3.2        Orbulina
1.3.3        Globigerina
1.3.4        Globigerinoides
1.3.5        Neogloboquadrina
1.3.6        Globorotalia
1.3.7        Pulleniatina
1.3.8        Sphaeroidinella
1.4  Spesies
Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain.

1.5  Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor lainnya. Proses ini pada umumnya bertujuan untuk memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari material-material lempung (matrik) yang menyelimutinya.
1.6  Penamaan Fosil
Tata penamaan fosil mengikuti tata penamaan yang diterapkan dalam dunia biologi. Sistem penamaan ini disebut nomenklatur taksonomi (taxonomic nomenclature), yang terdiri atas dua kata (binomial nomenclature). Kata pertama menunjukkan nama keluarga (genus) dan kata kedua menunjukkan nama jenis (spesies).  Nama ilmiah ini berasal dari bahasa Latin dan ditulis dengan huruf miring, atau diberi garis bawah. Tujuan pemakaian nama ilmiah adalah pertama, agar para ahli dapat secara spesifik menentukan individu/ organisma/fosil tertentu yang mereka maksud. Kedua, untuk menghindari kebingungan mengenai individu/organisma/fosil mana yang dimaksud.
1.7  Skala Waktu Geologi (Geology Time Scale)
digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7UUoA55ao9XKbZ3UE7srOTnlf1MywkgLAoWiyCQ4bebk1_cRKRyxOFftxhbpuID64avHFW_Pc0fZuJ51_ru4WUzYyDxWHNHkC9TnM7k1kn12dcYEQbsgXUwgE_HS9UvTSvQ5cs5lD3zdS/s1600/PERHITUNGAN+WAKTU+DALAM+GEOLOGI+b.jpg
                               Gambar 1.7 Tabel Skala Waktu Geologi
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pengertian Foraminifera Plantonik
Foraminifera planktonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara mengambang di permukaan laut. Foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen).
Foraminifera plantonik tidak selalu hidup di permukaan laut, melainkan dapat pula hidup pada kedalaman-kedalaman tertentu yakni sebagai berikut.
2.1.1 Hidup pada kedalaman antara 30-50 meter
2.1.2 Hidup pada kedalaman antara 50-100 meter
2.1.3 Hidup pada kedalaman 300 meter
2.1.4 Hidup pada kedalaman 1000 meter
Fosil planktonik juga dapat digunakan dalam memecahkan masalah geologi antara lain sebagai berikut.
2.1.5 Sebagai fosil petunjuk
2.1.6 Digunakan dalam pengkorelasian batuan
2.1.7 Penentuan umur relatif suatu lapisan batuan
2.1.8 Penentuan lingkungan pengendapan
Foraminifera planktonik tidak mampu bertahan hidup terhadap pengurangan salinitas dan ada juga yang tidak tahan terhadap perubahan suhu (temperatur) yang relatif besar meskipun demikian, ada golongan foraminifera planktonik yang selalu menyesuaikan diri terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar laut, sedangkan pada malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30-50 meter.
2.2 Siklus Perkembangbiakan
Perkembangan foraminifera dapat berlangsung secara aseksual dan seksual. Adanya bentuk megalosfeer dan mikrosfeer dalam satu spesies, disebut sebagai dimorfisme. Hal ini menyebabkan adanya dua bentuk yang berlainan dalam satu spesies yang sama.
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSg2A1XVT3hoPZYaNw7MlRjsJu4IKEwZFpKRexKODK-pA849sFubA
Gambar 2.2 Secara aseksual dan seksual
2.3 Cangkang
Karakter dasar foraminifera adalah adanya cangkang membentuk kamar-kamar yang dihubungkan oleh pori-pori halus (foramen). Cangkang foraminifera dapat terbentuk dari zat-zat yang gampingan, silikaan, chitin ataupun aglutin yang sangat resisten, sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil.
MORFOLOGI
Gambar 2.3 Bagian-bagian penyusun pembentuk csngkang
2.4 Bentuk Cangkang
Foraminifera membentuk cangkang atas satu atau beberapa kamar. Berdasarkan jumlah kamar yang dipunyainya, dapat diketahui berupa Monotalamus test (uniloculer) yaitu cangkang foraminifera yang terdiri atas satu kamar. Sedangkan yang kedua adalah Politalamus test (multiloculer) yaitu cangkang foraminifera terdiri atas banyak kamar.
bentuk test
Gambar 2.4 Macam-macam bentuk cangkang
2.5 Aperture
Aperture bagian penting pada cangkang foraminifera, karena merupakan lubang pada kamar akhir tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar masuk. Berikut ini macam-macam aperture.
a.       Primary aperture interiormarginal (aperture utama interior marginal):
1.      Primary aperture interiormarginal umbilical: aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah pusat putaran (umbilicus).
2.      Primary aperture interiormarginal equatorial: aperture utama interiomarginal yang terletak pada equator test. Cirinya adalah apabila dari samping terlihat simetri dan dijumpai pada susunan planispiral
3.      Primary aperture extra umbilical: aperture utama interiormarginal yang memanjang dari pusat ke peri-peri.
b.      Secondary aperture (aperture sekunder): lubang lain (tambahan) dari aperture utama dan berukuran lebih kecil.
c.       Accessory aperture (aperture aksesoris): aperture sekunder yang terletak pada struktur aksesoris atau struktur tambahan.
aperture
Gambar 2.5 Bentuk dan posisi aperture Foraminifera
2.6 Hiasan Atau Ornamentasi
Hiasan dipakai sebagai penciri khas untuk genus atau spesies. Berdasarkan letaknya, hiasan dibagi atas beberapa :  
2.6.1        Suture
2.6.1.1  Bridge: bentuk seperti jembatan
2.6.1.2  Limbate:  bentuk suture yang menebal
2.6.1.3  Retral processes: bentuk suture zig-zag
2.6.1.4  Raisced bosses: bentuk tonjolan
2.6.2        Peri-peri
2.6.2.1  Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening
2.6.2.2  Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing
2.6.3        Permukaan Cangkang
2.6.3.1  Punctuate: berbintik-bintik 
2.6.3.2  Smooth: mulus/licin
2.6.3.3  Reticulate: mempunyai sarang lebah
2.6.3.4  Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat
2.6.3.4  Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang
2.6.4        Umbilicus
2.6.4.1  Umbilical plug: umbilical yang mempunyai penutup
2.6.4.2  Deeply umbilical: umbilical yang berlubang dalam
2.6.4.3  Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar 
2.6.4.4  Ventral umbo:  umbilicus yang menonjol ke permukaan
2.6.5        Aperture
2.6.5.1  Tooth: menyerupai gigi
2.6.5.2  Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal
2.6.5.3  Bulla: bentuk segienam teratur 
2.6.5.4  Tegilla:  bentuk segienam tidak teratur 




BAB III
GENUS NEOGLOBOQUADRINA DAN GENUS PULLENIATINA

3.1 Genus Neogloboquadrina
            3.1.1 Pengertian
Merupakan genus bagian dari Foraminifera.
3.1.2 Deskripsi Fosil
Neogloboquadrina
Cangkang / Test: subglobular , trochospiral rendah , ruang globular sub  memperbesar pesat sebagai menambahkan , 5-6 di whorl akhir
Suture                   : radial dan langsung ke sedikit melengkung , depresi
Umbilikus       : terbuka , cukup luas dan mendalam , pinggiran bulat  melebar
Dinding               : berkapur , seragam perforasi , halus dalam tahap awal , tanpa duri , kemudian menjadi menebal dan mengadu sebagai lapisan sekunder dari kalsit ditambahkan , pori-pori lubang yang berbeda dalam spesimen tropis ;
Aperture              : interiomarginal , pada awalnya extraumbilical - pusar tetapi dapat cenderung menjadi pusar pada orang dewasa , berbatasan dengan subtriangular tooyhlike bibir di tahap awal , tapi ini mungkin tidak ada dalam ruang dewasa .

3.2 Spesies Genus Neogloboquadrina
3.2.1 Neogloboquadrina sp.     



Klass Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Globorotaliidae
Geological Time:
Recent  Holocene  Quaternary

3.2.2 Neogloboquadrina acostaensis (Blow, 1959) 
      





Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family:Globorotaliidae
Geological Time: Piacenzian  Pliocene  Neogene



3.2.3 Neogloboquadrina asanoi (Maiya, Saito and Sato, 1976)    





   Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana 
Order: Globorotaliida 
Family: Globorotaliidae
Geological Time: Pliocene  Neogene

3.2.4 Neogloboquadrina continuosa Blow, 1959       








Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Globorotaliidae
Geological Time: Miocene  Neogene



                                          
3.2.5 Neogloboquadrina dutertrei (d'Orbigny, 1839)




Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Globorotaliidae
Geological Time: Neogene


3.2.6 Neogloboquadrina dutertrei (d'Orbigny, 1839) 





Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Globorotaliidae
Geological Time:   Pleistocene  Quaternary





3.2.7 Neogloboquadrina humerosa (Takayanagi and Saito, 1962) 
      






Class: Rotaliata 
Subclass: Globigerinana 
Order: Globorotaliida  
Family: Globorotaliidae
Geological Time: Zanclean  Pliocene  Neogene

 
3.2.8 Neogloboquadrina praehumerosa (Natori, 1976)       





Class: Rotaliata 
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Globorotaliidae
Geological Time: Miocene Neogene






3.2.9 Neogloboquadrina sp.       






Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Globorotaliidae
Geological Time: Miocene Neogene

3.3 Genus Pulleniatina
3.2.1 Pengertian
                     Merupakan genus bagian dari Foraminifera.
            3.2.2 Deskripsi Fosil
Pulleniatina
Cangkang / Test          : globular , tahap awal trochospirally terdaftar , streptospiral pada orang dewasa , whorls semakin menutupi sisi umblical , ruang di bola tahap awal , kemudian lebih merangkul , sekitar empat sampai empat setengah ruang di whorl akhir ,
Suture                          : Jahitan yang berbeda dan tertekan di remaja , siram dan obscurein dewasa, pinggiran bulat melebar
Dinding                       : berkapur , perforasi , tahap remaja dengan pori-pori besar di lubang pori yang berbeda dan muncul calcellate , permukaan kemudian benar-benar tertutup oleh korteks halus tebal yang mengaburkan perforasi dan jahitan , pustula jarak dekat dapat terjadi baik di atas dan di bawah pembukaan apertural ;
 Aperture                    : interiomarginal luas dan rendah
3.4 Spesies Genus Pulleniatina
3.4.1 Pulleniatina obliquiloculata (Parker & Jones, 1862)     
genus.php?no=1004665&aktion=suche
Class: Rotaliata 
Subclass: Globigerinana 
Order: Globorotaliida  
Family: Pulleniatinidae
Geological Time:
Recent Holocene Quaternary


3.4.2 Pulleniatina praecursor Banner and Blow, 1967       
genus.php?no=1003340&aktion=suche
Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Pulleniatinidae
              Geological Time: Pleistocene Quaternary

3.4.3 Pulleniatina primalis (Banner and Blow, 1967)       
                 http://www.foraminifera.eu/singimg/odp15951.jpg
Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Pulleniatinidae
Geological Time: Zanclean Pliocene Neogene





3.4.4 Pulleniatina spectabilis (Parker, 1965)    
                 http://www.foraminifera.eu/singimg/odp130099.jpg
Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Pulleniatinidae
Geological Time: Neogene


3.4.5 Pulleniatina praespectabilis     

                                        http://www.foraminifera.eu/singimg/odp130098.jpg   

Class: Rotaliata  
Subclass: Globigerinana  
Order: Globorotaliida  
Family: Pulleniatinidae
Geological Time: Neogene





BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari studi tentang fosil foraminifera genus Neogloboquadrina dan genus Pulleniatina, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1.      Terdapat adanya delapan genus foraminifera, salah satunya genus Neogloboquadrina dan genus Pulleniatina
2.      Pada penamaan genus harus disertai dengan huruf besar didepan dan diikuti nama spesies dibelakangnya dengan huruf kecil serta digaris bawah atau di miringkan
3.      Dapat diketahui bahwa foraminifera terbagi atas planktonik dan bhentonik
4.      Foraminifera planktonik dapat mengetahui suatu umur dan lingkungan pengendapan suatu litologi pada batuan
5.      Genus Pulleniatina, umurnya miosen awal sampai holosen dan bersifat kosmopolitan
6.      Genus Neogloboquadrina, umurnya miosen akhir sampai holosen dan bersifat kosmopolitan.






BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Adams C. G. (1970) – A reconsideration of East Indian letter classification of the
       Tertiary. Bull. Br. Mus. Nat. Hist. (Geol), vol.19, no.3, p.85-137
Blow, W. H., 1969: Late Middle Eocene to Recent planktonic foraminiferal
       Biostratigraphy. In, Bronniman, P. And Renz, H. H. Eds., Proceedings
       Of the first international confrence on planktonic microfossils, vol. 1,
       1-422
Kennet, J. P, and Srinivasan, M. S., 1983: Neogene Plantonic Foraminifera,
       A Phylogenetic Atlas. Hutchison Ross Publishing Company, 265pp
Loeblich, A. R. Jr, and Tappan, H, 1988 : Foraminiferal Genera and Their   Classification, Van Nostrand and Reinhold Company, New York
Pringgoprawiro H. (1987) – Diktat Mikropaleontologi umum.
        Lab. Mikropaleontologi, Jurusan Teknik Geologi, ITB; Bandung
        diunduh pada tanggal 11 April 2016 pukul 00.05 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Genus, diunduh pada tanggal 11 April 2016
         pukul 01.00 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Spesies, diunduh pada tanggal 11 April 2016
         pukul 01.30 WIB














LAMPIRAN





New Fauna Natori


NATORI CHART

0 komentar :

Posting Komentar